Untuk melihat media pembelajaran fisika yang sudah dirancang berdasarkan model ASSURE, klik link di bawah ini:
https://docs.google.com/file/d/0B5l8CF1ccEgIbkhGS0VKcEJYSDQ/edit
Semoga dapat membantu....
Sabtu, 09 Juni 2012
Jumat, 01 Juni 2012
TUGAS AKHIR MEDIA PEMBELAJARAN
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN
TENTANG
“MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN”
Oleh:
SHILVIA CITRA RUSTI
NIM. 1104016
Dosen Pembimbing:
Dr. Indrati Kusuman ingrum, M.Pd
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
BAB 1
TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA
A. Teori Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan
di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil atau tidaknya pencapai tujuan pendidikan hanya bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang di alami oleh murid sebagai anak didik. Menurut
Witharington (1952) “belajar merupakam perubahan kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yng baru yang berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgrld. Menurut Crow and Crow (1958)
belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
Sedangkan menurut hilgard (1962) belajar adalah sutu proses dinama suatu
perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu siatuasi. Hal
ini sejalan dengan pendapat Gage (1984) belajar diartikan sebagai suatu proses
di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari defenisi yang telah dikemukakna
diatas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.
Dalam
perkembangannya, berbagai teori belajar yang telah disampaikan oleh para
ilmuwan tidak ada yang menunjukkan keunggulan yang holistic, karena teori
tersebut hanya memandang dari sisi dan aspek tertentu yang ada dalam diri
manusia. Sehingga segi positif dari teori-teori tersebut perlu dikombinasikan
untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, serta disesuaikan dengan pribadi
dan karakter tiap-tiap individu.
Adapun jenis-jenis teori belajar
adalah, sebagai berikut:
1). Koneksionisme
Teori koneksionisme adalah teori yang
ditemukan dan dikembangkan oleh Edward
L. Thorndike (1874-1949). Berdasarkan eksperimennya, Thorndike berkesimpulan
bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya,
teori koneksionisme juga disebut “S-R
Bond Theory” dan “S-R Psychology of
Learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan “Trial
and Error Learning”. (Muhibbin Syah, 2008:105). Setiap manusia maupun organisme
lainnya, jika dihadapkan pada situasi yang baru akan melakukan
tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta. Jika dalam usaha
coba-coba itu secara kebetulan ada sesuatu yang dianggap memenuhi tuntutan
situasi dan kondisi, maka tingkah laku atau perbuatan yang kebetulan cocok itu
akan diingatnya. Sedangkan perbuatan atau tingkah laku yang dianggap tidak
dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisi akan dilupakan. Tingkah laku ini
terjadi secara otomatis sehingga belajar itu dapat dilatih dengan syarat-syarat
tertentu.
2). Pembiasaan (Conditioning)
Pelopor dari teori ini adalah Ivan Pavlov, kemudian dengan
perkembangannya melalui percobaan-percobaan ditemukan teori-teori yang lain
seperti menurut Burrhus Frederic Skinner dan Edwin R. Guthrie.
Teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja, umpamanya dalam belajar penguasaan skills (kecekatan-kecekatan) tertentu (Ngalim Purwanto, 2007:91). Termasuk dalam hal ini adalah keterampilan psikomotorik siswa.
Teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja, umpamanya dalam belajar penguasaan skills (kecekatan-kecekatan) tertentu (Ngalim Purwanto, 2007:91). Termasuk dalam hal ini adalah keterampilan psikomotorik siswa.
3).
Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan, secara umum kognitif diartikan
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis),
sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional
(akal).
Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan
cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Tahap-tahap
Perkembangan Kognitif menurut Jean Piaget perkembangan kognitif (kecerdasan)
anak dibagi menjadi empat tahap yaitu tahap sensori motor, pre-operasional,
konkrit operasional dan formal operasional. Tahapan ini hendaknya tidak
dipandang sebagai hal yang statis. Setiap harinya perkembangan mental anak
mengalami kemajuan sesuai dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Kematangan dan pengalaman yang cukup memungkinkan anak dapat
mengembangkan struktur mental untuk menghadapi situasi yang dihadapi dengan
cara yang lebih baik.
4). Konstruktivisme
Prinsip konstruktivisme adalah inti
dari filsafat pendidikan William James dan John Dewey (John W. Santrock,
2008:8). Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan
membangun pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivisme dikembang luas oleh Jean
Piaget, ia dikenal sebagai seorang psikolog yang pada akhirnya lebih tertarik
pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Titik sentral teori Jean
Piaget adalah perkembangan pikiran secara alami dari lahir sampai dewasa,
menurut Piaget untuk memahami teori itu kita harus paham tentang asumsi-asumsi
biologi maupun implikasi asumsi-asumsi tersebut dalam mengartikan pengetahuan.
Read More
Minggu, 27 Mei 2012
Manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan
Saat mengibarkan bendera USA |
Jumat, 27 April 2012
Mitos
Mencari alasan Kenapa mitos itu salah?
Jawab.
1 .menurut mitos pembelajaran koperatif
menekankan sekolah untuk berkompetisi perorangan sehingga diantara siswa
terjadi persaingan yang tidak sehat dengan mengakibatkan proses pembelajaran yang
tidak epektif.menurut : arends ( 1997 : 115 ) Belajar koperatif yang
menghendaki siswa didalam kelompok harus sehidup sepenanggungan
bersama,bertanggung jawab segala sesuatu, semua anggota dalam kelompok memiliki
tujuan yang sama, Davidson dalam Noornia 1997 : 24 siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperaitf ternnyata lebih mementingkan orang
lain tidak bersipat kompetitif dan titidak memiliki rasa dendam. dan Bennet (
1991 ) dan jacobs ( 1996 ) menjelaskan
bahwa perasaan antar siswa dalam kelompok saling membantu dan saling
ketergantungan secara positif.
2. siswa yang memiliki kemampuan yang lebih
tinggi didalam pembelajaran kooperartif dalam kelas yang heterogen diharapkan
dapat menjadi tutor sebaya. Menurut
yacobs.(1996 ) Mc Keachie (1994 ) pengelompokan siswa secara heterogen
menurut prestasi , kecerdasan etnik dan jenis kelamin dapat dilakukan oleh
guru.pembelajaran kooperatif didalam kelas heterogen menurut mitos hanya
dikuasai oleh siswa yang berkemampuan tinggi sehingga siswa yang berkemampuan
rendah sulit untuk berhasil dan akan semakin tertinggal.Davidson dalam Noornia
1997 : 24 siswa yang berprestasi dalam
pembelajaran kooperaitf ternnyata lebih
mementingkan orang lain tidak bersipat kompetitif dan titidak memiliki rasa
dendam.Slavin. ( 1995 )menyatakan kontribusi siswa yang memliki prestasi yang
rendah menjadi kurang.
Read More
Read More
Ex Post Facto
PENELITIAN EX POST FACTO
A.
PENGERTIAN
Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang
bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau
fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang
menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara keseluruhan sudah
terjadi.
Penelitian ex post facto secara metodis merupakan
penelitian eksperimen yang juga menguji hipotesis tetapi tidak memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu sebab kurang etis untuk memberikan
perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya karena alasan etika manusiawi,
atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri faktor-faktor
penyebabnya atau hal-hal yang mempengaruhinya.
Menurut Watson penelitian ex
post facto bertujuan untuk mencari penyebab perubahan perilaku dengan studi
komparasi secara partisipatif tentang perilaku yang muncul pada saat sekarang
dan perilaku yang tidak muncul dari
suatu kejadian setelah variable bebas terjadi. Sebagai contoh: kita akan
menguji hipotesis bahwa perceraian dapat mengakibatkan penyimpangan perilaku anak-anak. Dalam situasi ini, kita
tidak dapat mengeksperimenkan suatu keluarga untuk melakukan perceraian.
Perceraian dalam hal ini merupakan variable bebas yang tidak dapat
dimanipulasikan. Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan berdasarkan
pertimbangan kemanusiaan. Karena hal tersebut, penelitian dilakukan pada
keluarga yang sedang mengalami perceraian.
Kerlinger (1993) mendefinisikan penelitian ex post facto
adalah penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak
melakukan kontrol terhadap variable-variabel bebas karena manifestasinya sudah terjadi atau
variable-variabel tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi. Sebagai
contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh merokok terhadap kemampuan
menyerap oksigen dalam darah. Peneliti tidak mungkin melakukan eksperimen dengan
menyuruh orang menghisap beberapa batang rokok dalam sehari untuk diketahui
pengaruhnya terhadap kemampuan darah dalam mengikat oksigen.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ex post facto
merupakan penelitian untuk menjelaskan atau menemukan bagaimana variable-variabel
dalam penelitian saling berhubungan atau berpengaruh, tetapi juga mengapa
gejala-gejala atau perilakun itu terjadi.
Dasar penelitian ex post
facto adalah:
1. Menilai
dengan subjek yang berbeda pada variable bebas dan mencoba untuk menentukan
konsekuensi yang berbeda. Contoh: pengaruh orang tua tunggal dan orang tua
lengkap(variable terikat) terhadap pembolosan(variable bebas).
2. Dimulai
dari subjek yang berbeda sebagai variable terikat dan berusaha menentukan
penyebabnya dari perbedaan itu. Contoh: perbandingan siswa yang latarnya dari
sekolah tinggi dengan orang-orang yang drop out(variable terikat) pada variable
bebas seperti motivasi atau kedisiplinan.
B.
CIRI-CIRI
PENELITIAN EX POST FACTO
Adapun
ciri penelitian Ex pos facto ini adalah sebagai berikut :
1. Data dikumpulkan setelah semua peristiwa terjadi.
2. Variabel terikat ditentukan terlebih dahulu, kemudian
merunut ke belakang untuk menemukan sebab, hubungan, dan maknanya.
3. Penelitian deskriptif yaitu menjelaskan penemuannya
sebagaimana yang diamati.
4. Penelitian
korelasional, mencoba menemukan hubungan kausal fenomena yang diteliti.
5. Penelitian
eksperimental, dan ex post facto dasar logika yang digunakan dan tujuan yang
ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh: jika x maka y.
Perbedaan antara penelitian eksperimen dan ex post facto adalah tidak ada
kontrol langsung variable bebas dalam penelitian ex post facto.
6. Penelitian
ex post facto dilakukan jika dalam beberapa hal penelitian eksperimen tidak
dapat dilaksanakan. Hal tersebut adalah:
a) Jika
tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang
diperlukan untuk meneliti hubungan sebab akibat secara langsung
b) Jika
control semua variable kecuali independent tunggal, tidak realistik, dan
artificial, mencegah interaksi yang normal dengan variable lain yang
mempengaruhi.
c) Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan
tidak praktis, dari segi biaya dan etik dipertanyakan.
Kelebihan Penelitian Ex Post
Facto :
1. Sesuai
untuk keadaan yang tidak dapat dilakukan oleh penelitian eksperimen
2. Informasi
tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah
kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena
terjadi,
3. Kemajuan
dalam teknik statistik membuat desain ex post facto lebih bertahan.
Kelemahan Penelitian Ex Post
Facto :
1. Kurang
kontrol terhadap variable bebas
2. Sulit memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah
dimasukkan dan diidentifikasi
3. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat,
tetapi beberapa kombinasi dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah
kondisi tertentu menghasilkan akibat tertentu.
4. Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang
banyak, tetapi juga dari satu sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.
5. Jika
hubungan antara dua variable ditemukan, sulit menemukan mana yang sebab dan
mana yang akibat.
6. Kenyataan
yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan tidak mesti menyatakan
hubungan sebab akibat. Semua faktor bias
jadi berhubungan dengan suatu faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak
diamati.
7. Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi
(misalnya yang berprestasi dan yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi
penuh dengan masalah, karena kategori seperti ini adalah samar-samar, dapat bervariasi,
dan sementara.
8. Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak
memberikan seleksi subyek yang terkontrol. Sulit menempatkan kelompok subyek
yang sama dalam segala hal kecuali pemaparan mereka terhadap satu variable.
C.
LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN EX POST FACTO
Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti perlu melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perumusan
Masalah
Masalah yang ditetapkan harus mengandung
sebab atau kausa bagi munculnya variabel dependen, yang diketahui berdasarkan
hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan atau penafsiran peneliti terhadap
hasil observasi fenomena yang diteliti. Masalah penelitian ini dapat berbentuk
pernyataan hipotesis atau tujuan. Rumusan hipotesis digunakan jika sifat dasar
perbedaan dapat diprediksi oleh peneliti sebelum data dikumpulkan. Sedangkan
rumusan pernyataan tujuan digunakan bila peneliti tidak dapat memprediksi
perbedaan antar kelompok subjek yang dibandingkan dalam variabel tertentu.
2. Hipotesis
Setelah masalah dirumuskan, peneliti
harus mampu mengidentifikasikan tandingan atau alternatif yang mungkin dapat
menerangkan hubungan antar variabel independen dan dependen.
3. Pengelompokkan
Data
Penentuan kelompok subjek yang akan
dibagi, pertama-tama kelompok yang diplih harus memiliki karakteristik yang
menjadi konsen penelitian. Selanjutnya Peneliti memilih kelompok yang tidak
memiliki karakteristik tersebut atau berbeda tingkatannya.
4. Pengumpulan
Data
Hanya data yang diperlukan yang
kumpulkan, baik yang berhubungan dengan variabel dependen maupun berkenaan
dengan faktor yang dimungkinkan munculnya hipotesis tandingan. Karena
penelitian ini menyelidiki fenomena yang sudah terjadi, sering kali data yang
diperlukan sudah tersedia sehingga peneliti tinggal memilih sumber yang sesuai.
Disamping itu berbagai instrumen seperti les, angket, interview, dapat
digunakan untuk mengumpul data bagi peneliti.
5. Analisis
Data
Teknik analisis data yang digunaka,
serupa dengan yang digunakan dalam penelitian diferensial maupun eksperimen.
Dimana perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar kelompok subjek
atas dasar faktor yang menjadi konsen. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik
analaisi uji-T, independen atau ANAVA, tergantung dari jumlah kelompok dari
faktor tersebut. Apapun teknik analisis statistik inferensial yang digunakan,
biasanya analisis tersebut diawali dengan perhitungan niali rata-rata atau mean
dan stansar deviasi untuk mengetahui antar kelompok secara deskripitif.
6. Penafsiran
Basil
Pernyataan sebab akibat dalam penelitian
ini perlu dilakukan secara hati-hati. Kualitas hubungan antar variabel
independen dan dependen sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk memilih
kelompok perbandingan yang homogen dan keyakinan bahwa munculnya hipotesis
tandingan dapat dicegah.
Kamis, 26 April 2012
Trik Cepat Memasukkan Flash (SWF) ke Slide Power Point
Trik Cepat Memasukkan Flash (SWF) ke PowerPoint
Pada
trikkali ini, akan menampilkan file atau animasi yang telah diubah menjadi
Flash Movie (SWF) ke dalam halaman slide PowerPoint, dengan cara berikut:
- Masih di halaman kerja PowerPoint, klik iSpring pada address bar dan klik Insert Flash
- Pada kotak dialog temukan file flash Anda dan open
- Kembali ke halaman PowerPoint dan lihat apakah file flash sudah masuk
- Jika ukuran flashnya memenuhi halaman kerja powerpoint, Anda bisa mengubah ukuran dengan klik kanan dan pilih Format Control (ubah ukuran dan posisinya) lalu klik OK
- Jalankan SlideShow atau dengan menekan tombol keyboard F5
SELAMAT MENCOBA....
Selasa, 24 April 2012
Pembelajaran Kolaboratif
"PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN INDIVIDUAL”
14
level keterampilan pembelajaran kooperatif (Johnson dkk.1984:45):
a.
Pembentukan
(Forming)
Keterampilan dasar yang
dibutuhkan atau diperlukan untuk menetapkan berfungsinya kelompok belajar
kooperatif.
Contoh:
Adanya difusi pembagian
tugas, masing-masing anggota kelompok mendapat pembagian tugas yang merata.
Setiap kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri dari 3-4 orang.
b.
Pemanfaatan
(functioning)
Keterampilan yang dibutuhkan
atau diperlukan untuk mengelola kegiatan-kegiatan kelompok dalam menyelesaikan
tugas dan dalam menjaga efektivitas hubungan kelompok diantara para anggota
Contoh:
·
Keterampilan tingkat bawah
Menghargai kontribusi, hal
ini berarti memperhatikan/ mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan
anggota lain. Bukan berarti harus harus setuju kelompok lai, dapat saja kritik
terhadap ide-ide.
Mendorong partisipasi,
mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas
kelompok. Keterampilan ini perlu karena jika ada siswa yang tidak
berpartisipasi dalam kelompok maka hasil dari kelompok tidak akan terselesaikan
pada waktunya atau hasilnya kurang memuaskan.
·
Keterampilan tingkat menengah
Bertanya berarti siswa dapat
meminta atau menanya atau penjelasan. Dapat mendorong anggota kelompok yang
sedang tidak aktif atau malu untuk ikut berperan serta dalam kegiatan
Mendengar dengan aktif ,
berarti mampu menggunakan pesan pisik, dan lisan sehingga pembicara tahu bahwa
siswa bisa menyerap informasi .
·
keterampilan tingkat mahir
Mengelaborasi, berarti mampu memperluas
konsep, kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan tpik-topik
tertentu.
Berkompromi,
berarti membangun rasa hormat kepad orang lain, belajar untuk mengkritik
pendapat dan bukan mengkritik orangnya dan mengurangi perbedaan.
ALAT OPTIK
ALAT_ALAT OPTIK
Mata
Mata manusia sebagai
alat indra penglihatan dapat dipandang sebagai alat optik yang sangat penting
bagi manusia.Bagian-bagian mata menurut kegunaan fisis sebagai alat optik :
Kornea merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagian-bagian lain dalam mata yang halus dan lunak.
Kornea merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagian-bagian lain dalam mata yang halus dan lunak.
Aqueous humor (cairan)
yang terdapat di belakang kornea fungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke
dalam mata.
Lensa terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan.Iris (otot berwarna) membentuk celah lingkaran yang disebut pupil.
Pupil berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.
Retina (selaput jala) terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada retina bersifat : nyata, diperkecil dan terbalik.
Bintik buta merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas/kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning.
Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata.
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke permukaan retina. Oleh sel-sel yang ada di dalam retina, rangsangan cahaya ini dikirimkan ke otak. Oleh otak diterjemahkan sehingga menjadi kesan melihat.
Lensa terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan.Iris (otot berwarna) membentuk celah lingkaran yang disebut pupil.
Pupil berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.
Retina (selaput jala) terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada retina bersifat : nyata, diperkecil dan terbalik.
Bintik buta merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas/kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning.
Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata.
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke permukaan retina. Oleh sel-sel yang ada di dalam retina, rangsangan cahaya ini dikirimkan ke otak. Oleh otak diterjemahkan sehingga menjadi kesan melihat.
Selasa, 17 April 2012
Penelitian Pengembangan (R&D)
PENELITIAN PENGEMBANGAN
(RESEARCH
AND DEVELOPMENT/ R&D)
A.
Pengertian
Penelitian pengembangan (Research and development /R&D) adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut
supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk
menguji produk tersebut. Jadi penelitian pengembangan bersifat longitudinal
(bertahap bisa multy years).
Sesuai dengan namanya, Research &
Developmnet difahami sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research
dan diteruskan dengan development. Kegiatan research
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (needs
assessment), sedangkan kegiatan development dilakukan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran.
Pemahaman ini tidak terlalu tepat. Kegiatan research
tidak hanya dilakukan pada tahap needs assesment, tapi juga pada
proses pengembangan produk, yang memerlukan kegiatan pengumpulan data dan
analisis data, yaitu pada tahap proses validasi ahli dan pada tahap validasi
empiris atau uji-coba. Sedangkan nama development mengacu pada produk
yang dihasilkan dalam proyek penelitian.
Karakteristik langkah pokok R&D yang membedakannya dengan pendekatan
penelitian lain. Borg and Gall, 1983 menjelaskan 4 ciri utama R&D, yaitu:
- Studying research findings pertinent to the product to be developed. (melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelaitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan).
- Developing the product base on this findings. (mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut).
- Field testing it in the setting where it will be used eventually. (dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nantinya digunakan).
- Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage. (melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan).
B. Prosedur penelitian pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur
yang ditempuh oleh peneliti/pengembang dalam membuat produk. Prosedur
pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen
rancangan produk yang dikembangkan.
Dalam
prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam
pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan
pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem.
Dalam
keperluan penelitian dan pengembangan, seorang peneliti harus memenuhi
langkah-langkah procedural yang biasanya digambarkan dalam suatu gambar alur
dari awal hingga akhir.
Menurut
Borg & Gall (1983) menggariskan langkah-langkah umum dalam penelitian dan
pengembangan adalah sebagai berikut :
Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D)
Berikut penjelasan dari skema langkah-langkah
penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall :
1. Analisis Kebutuhan (needs assessment)
Suatu proses yang yang sistematis untuk
menentukan tujuan, mengidentifikasi ketidaksesuaian antara kenyataan dan
kondisi yang diinginkan. Meliputi kajian pustaka, pengamatan atau observasi
kelas dan persiapan laporan awal. Penelitian awal atau analisis kebutuhan
sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal untuk melakukan
pengembangan. Ini bisa dilakukan misalnya melalui pengamatan kelas untuk
melihat kondisi riil lapangan.
2. Perencanaan
Perencanaan, yang mencakup merumuskan kemampuan, merumuskan tujuan khusus untuk menentukan urutan bahan, dan uji coba skala kecil (uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert judgement).
Perencanaan, yang mencakup merumuskan kemampuan, merumuskan tujuan khusus untuk menentukan urutan bahan, dan uji coba skala kecil (uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert judgement).
3. Pengembangan format produk awal
Pengembangan format produk awal yang mencakup
penyiapan bahan-bahan pembelajaran, handbook dan alat-alat evaluasi. Format
pengembangan program yang dimaksud apakah ber upa bahan cetak, urutan proses,
atau prosedur yang dilengkapi dengan video.
4. Validasi produk awal
Uji ahli atau Validasi, dilakukan dengan responden
para ahli perancangan model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview
produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut
dengan Expert Judgement atau Teknik Delphi.
5. Revisi produk tahap awal
Dilakukan berdasarkan hasil validasi awal.
Hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh informasi kualitatif tentang program
atau produk yang dikembangkan.
6. Uji coba produk
Dilakukan terhadap 5-15 sekolah dengan
melibatkan 30-100 subjek data kuantitatif. Hasil belajar dikumpulkan dan
dianalisis sesuai dengan Tujuan khusus yang ingin dicapai. Atau jika
kemungkinan dibandingkan dengan kelompok control.
7. Revisi produk
Dikerjakan berdasarkan hasil uji coba
lapangan. Hasil uji coba lapangan dengan melibatkan kelompok subjek lebih
besar. Dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan produk dalam pencapaian Tujuan
dan mengumpulkan informasi.
8. Uji coba lapangan
Melibatkan 10-30 sekolah terhadap 40-200
subjek yang disertai wawancara, observasi, dan penyampaian angket kemudian
dilakukan analisis.
9. Revisi produk akhir
Melakukan refisi terhadap produk akhir, berdasarkan
saran dalam uji coba lapangan.
10. Desiminasi dan implementasi
Melaporkan dan menyebarluaskan
produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk
sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontrol
kualitas.
Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan
Gall, dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah utama:
1.
Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan
2.
Mengembangkan produk awal
3.
Validasi ahli dan revisi
4.
Ujicoba lapangan skala kecil dan revisi produk
5.
Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir
C.
Metode Penelitian Pengembangan
Metode Penelitian Pengembangan memuat 3 komponen utama
yaitu : (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba
produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
1) Model pengembangan
Model
Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan.
Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model
teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan
langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
Model
konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan
komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan
hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model
yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan
dan didukung oleh data empirik.
Dalam
model pengembangan, peneliti memperhatikan 3 hal:
a.
Menggambarkan Struktur Model yang digunakan secara singkat, sebagai dasar pengembangan produk.
b.
Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka
perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan
kekuatan serta kelemahan model dibanding model aslinya.
c.
Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan
mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam
pengembangan.
2) Prosedur penelitian pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh
oleh peneliti/pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda
dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen rancangan produk yang
dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada
setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen
dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar
komponen dalam sistem. Dalam keperluan penelitian dan pengembangan, seorang
peneliti harus memenuhi langkah-langkah procedural yang biasanya digambarkan
dalam suatu gambar alur dari awal hingga akhir.
3). Uji Coba Produk
Uji
coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model
atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak
digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana
produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Model
atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional
criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria).
Ujicoba
dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok
kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Dengan uji coba kualitas model
atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
a.
Desain Uji Coba
Ada beberapa tahapan dalam uji coba produk:
1). Uji ahli atau Validasi
Dilakukan dengan responden para ahli perancangan
model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal,
memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert
Judgement atau Teknik Delphi.
Expert
Judgement atau
Pertimbangan Ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi Kelompok (group discussion), dan (2) Teknik
Delphi.
1. Group discussion, adalah sutau
proses diskusi yang melibatkan para pakar (ahli) untuk mengidentifikasi masalah
analisis penyebab masalah, menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan
mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah pendapat (brain
storming) diantara para ahli dalam perancangan model atau produk. Mereka
mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
2.
Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara
para pakar melalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi
dalam Uji-Ahli dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut:
a). Problem identification and specification. Peneliti
mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya),
permasalahan yang melatar belakangi, atau permasalahan yang dihadapi yang harus
segera perlu penyelesaian.
b).
Personal identification and selection. Berdasarkan bidang permasalahan
dan isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang
yang ahli, manaruh perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan
ketercapaian tujuan. Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub
permasalahan, tingkat kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.
c). Questionaire Design. Peneliti
menyusun butirbutir instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau
permasalahan yang akan diselesaikan. Butir instrumen hendaknya memenuhi
validitas isinya (content validity). Pertanyaan dalam bentuk open-ended
question, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.
d). Sending
questioner and analisis responded for first round. Peneliti mengirimkan
kuesioner pada putaran pertama kepada responden, selanjutnya
meriview instrumen dan menganalisis jawaban instrumen yang telah dikembalikan.
Analisis dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang serupa. Berdasarkan
hasil analisis, peneliti merevisi instrument.
e). Development
of subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran pertama
dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap
hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami
kesulitan dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi
kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan hingga 3-5 putaran,
tergantung dari keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai dengan tercapainya
konsensus.
f). Organization
of Group Meetings. Peneliti mengundang responden untuk melakukan diskusi
panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah
argumentasi dan debat bisa terjadi untuk mencapai consensus dalam memberikan
jawaban tentang rancangan face-to-face contact, peneliti dapat
menanyakan secara rinci mengenai respon yang telah diberikan. Keputusan akhir
tentang hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila dicapai minimal 70%
konsensus.
g). Prepare
final report. Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang
dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba di lapangan dengan
responden yang akan memakai model atau produk dalam jumlah yang jauh lebih
besar.
2). Analisis konseptual
3). Revisi I
3). Uji Coba Kelompok Kecil, atau Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok
kecil sebagai pengguna produk.
4). Revisi II
5). Uji Coba Lapangan (field testing)
6). Telaah Uji Lapangan
7). Revisi III
8). Produk Akhir dan Diseminasi
b.
Subyek Uji Coba
Subyek
uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara memilih
sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih sampel.
1). Penentuan sampel yang digunakan
disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup dan tapan penelitian pengembangan.
2). Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis produk yang akan
dikembangkan, terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan
produk, dan sasaran pemakai produk.
3). Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba
tahap awal (preliminary field test).
c.
Jenis Data
Dalam
uji coba, data digunakan sebagai dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi,
dan daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis data yang akan dikumpulkan harus
disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan
dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa terjadi data yang dikumpulkan
hanya data tentang pemecahan masalah yang terkait dengan keefektifan dan
efisiensi, atau data tentang daya tarik produk yang dihasilkan.
Paparan
data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subyek uji coba tertentu.
Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi, kelompok
kecil, atau ketiganya. Dalam Uji Ahli, data yang terungkap antara lain
ketepatan substansi, ketepatan metode, ketapatan desain produk, dsb.
d. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam
pengumpulan data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data atau
pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan dan
responden penelitian.
1). Teknik pengumpulan data seperti observasi,
wawancara, dan kuesioner.
2). Pengumpulan data dapat menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini
perlu kejelasan mengenai karateristik instrumen, mencakup kesahihan
(validitas), kehandalan (reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa.
3). Instrumen dapat dikembangkan sendiri oleh oleh peneliti, oleh karena itu
perlu kejelasan prosedur pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas.
e.
Teknik analisis data
Teknik
analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:
1). Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian
data baik dengan tabel, bagan, atau grafik.
2).Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang
dikembangkan
3). Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan
kuantitatif.
4). Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual,
dengan tanpa interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi
produk.
5). Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan
produk yang akan dikembangkan.
6). Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa
dan disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk.
D.
Laporan Penelitian dan Pengembangan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa
metode penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D) adalah
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru,
dan selanjutnya menguji keefktifan produk tersebut.
Dengan demikian laporan penelitian
yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut
spesifikasi dan penjelasannya. Sistematika laporan adalah sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D.
Manfaat
BAB
II LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi
Teoritis
B.
Kerangka Berfikir
C.
Hipotesis (Produk
yang Dihasilkan)
BAB
III METODE PENELITIAN
A.
Model
Pengembangan
B.
Prosedur
Penelitian
C.
Populasi dan
sampel
D.
Teknik
Pengumpulan Data
E.
Instrumen
Penelitian
F.
Teknik Analisis
Data
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Desain Awal
Produk
B.
Hasil Pengujian
Pertama
C.
Revisi Produk
D.
Hasil Pengujian
Tahap II
E.
Revisi Produk
F.
Pengujian Tahap
ke III
G.
Penyempurnaan
Produk
H.
Pembahasan Produk
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
INSTRUMEN
LAMPIRAN
DATA
LAMPIRAN
PRODUK
E.
Contoh Judul Penelitian dan Pengembangan (R&D)
1. Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi
Untuk Pencapaian Kompetensi Dasar Menganalisis Cara Perpindahan Kalaor
2. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Tematik
Untuk Siswa Sekolah Dasar
3. Pengembangan pola pembelajaran teknologi bagi
anak-anak cacat
4. Pengembangan model pembelajaran program
produktif sekolah menengah kejuruan
5. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Interaktif untuk Konsep Pembelajaran Kinematika di
Sekolah Menegah Atas.
6. Pengembangan Modul Cetak Berbasis Kompetensi
Pada Konsep Kinematika di Kelas XI SMA/MA .
7. Pengembangan E-Learning Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang kreatif
untuk kelas XI Semester Ganjil
8. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika
dengan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning Berbasis Iman dan Taqwa
9. Pengembangan modul Limit dan turunan Fungsi
Berbasis RME dan TIK di SMAN 2 Sungai Tarab
10. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Untuk Mendorong Perilaku Pro Sosial Siswa di SDIT Alam
Yogyakarta
F.
Contoh Laporan
Penelitian dan Pengembangan (R&D)
1. Judul Penelitian
Pengembangan Modul Cetak Berbasis Kompetensi
Pada Konsep Kinematika di Kelas XI SMA/MA .
2. Rumusan Masalah
Bagaimana
merancang modul agar valid, praktis dan efektif sehingga layak digunakan
sebagai salah satu perangkat pembelajaran dalam pembelajaran Fisika di kelas XI
di SMA/MA.
3. Tujuan Penelitian
a). Bahan ajar dalam
bentuk modul pembelajaran fisika pada konsep Kinematika yang valid.
b). Bahan ajar dalam bentuk modul yang praktis sehingga mudah digunakan dan
dipahami dalam pembelajaran fisika pada konsep Kinematika.
c). Bahan ajar dalam
bentuk modul yang efektif sehingga tepat digunakan dalam pembelajaran fisika
pada konsep Kinematika.
4. Metode Penelitian
a) Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D)
b) Tahap Penelitian
1. Tahap studi pendahuluan
dengan melakukan pemilihan jenis produk yang akan dikembangkan
2. Tahap pengembangan desai
model dengan membuat prototype produk
3. Tahap validasi sesuai dengan prosedur penelitian
c). Validator
a. Dosen
Dosen
sebagai salah satu pihak yang bertindak sebagai validator adalah dosen jurusan
Fisika FMIPA UNP yang bersedia untuk menilai kelayakan bahan ajar yang telah
dirancang. Tiga orang dosen
ini bertindak sebagai pakar dari pengembangan bahan ajar ini. Tiga Dosen ini terdiri atas pakar
materi dan pakar pembelajaran.
b. Guru mata pelajaran fisika
Guru
mata pelajaran fisika yang bertindak sebagai validator pada penelitian ini
adalah guru mata pelajaran fisika di SMA/MA.
c. Siswa
Siswa
yang bertidak sebagai validator pada penelitian ini adalah siswa kelas XI
semester 1 SMA Negeri 1 X Koto Singkarak yang terdaftar pada tahun ajaran
2009/2010
5. Prosedur Penelitian
6.
Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan angket.
7.
Teknik Analisa Data
Layak atau tidaknya suatu bahan ajar dapat dilihat dari data
angket-angket yang digunakan dalam bentuk skala Likert.
Keterangan
:
x =
Rata-rata responden
N
= Jumlah responden
∑x
=
Jumlah nilai responden
r
= Nilai kelayakan
Nilai
kelayakan media berdasarkan nilai kelayakan pada skala Likert
Penilaian
|
Nilai
|
Sangat layak
|
4,00 – 5,00
|
Layak
|
3,00 – 3,99
|
Kurang layak
|
2,00 – 2,99
|
Tidak layak
|
1,00 – 1,99
|
8.
Hasil Penelitian
1.
Modul Cetak Pembelajaran Fisika
Hasil
dari penelitian ini adalah bahan ajar berupa bentuk modul cetak pembelajaran
Fisika untuk satu kompetensi. Modul ini
terdiri dari halaman depan (Cover), kata
pengantar, daftar isi, pembatas modul,
serta bagian-bagian modul. Adapun bagian-bagian modul tersebut adalah, uraian
pencapaian kompetensi, materi, rangkuman, latihan, kunci jawaban latihan,
penilaian latihan mandiri, lembar kegiatan siswa, serta sumber & bahan
bacaan.
Cover Modul cetak Yang dihasilkan
9.
Uji Validitas, Praktikalitas, dan Efektifitas Bahan Ajar
a.
Deskripsi dan Analisis Data Angket Uji Kevalidan Kepada Pakar (Dosen)
dan Kepraktisan Guru Fisika.
Masing-masing responden memberikan nilai kelayakan
terhadap modul pembelajaran, dengan rata-rata secara keseluruhan dari 6
responden 80,35, Nilai
kelayakan masing-masing responden dalam rentangan 0-100 dapat terlihat pada
diagram dibawah ini :
Gambar 8. Diagram Nilai Kelayakan Bahan Ajar oleh Dosen
dan Guru Fisika
b. Deskripsi
dan Analisis Data Angket Uji Keefektifan kepada
Siswa
Distribusi
jawaban angket diperoleh melalui hasil perhitungan dimana nilai keefektifan bahan
ajar pada tahap uji coba kepada siswa yaitu 4,39 dengan interpretasi nilai Sangat Layak, ini berarti siswa menilai modul telah
efektif sebagai bahan ajar pada konsep Kinematika.
10.
Kesimpulan
Pada
penelitian pengembangan bahan ajar cetak ini kesimpulan bahwa :
1. Hasil penelitian yang
diperoleh yakni nilai validitas bahan ajar yang meliputi validitas isi,
validitas konstruk dan validitas teknis bernilai 3,72 pada tahap uji pakar dengan kriteria valid.
2. Hasil penelitian mengenai
kepraktisan bahan ajar berupa modul dari
penilaian rancangan prototype bahan
ajar yang di uji kepada pakar dapat
digunakan dengan revisi kecil atau dengan sedikit revisi, membuktikan bahan
ajar telah praktis. Selain itu data mengenai kepraktisan memiliki nilai 4,33
dengan kriteria sangat praktis.
3. Hasil penelitian mengenai
keefektifan bahan ajar ditunjukkan dari respon positif yang diperoleh dari guru
dan siswa sebagai pengguna produk. Setelah dilakukan revisi bahan ajar, nilai
efektifitas bahan ajar pada tahap uji kepada Guru 4,25 dan kepada siswa 4,39
dengan kriteria sangat efektif. Rata-rata keefektifan modul adalah 4,32 dengan
kriteria sangat efektif. Guru dan siswa menyimpulkan bahwa modul sangat efektif
digunakan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Educational
Research: An Introduction. London: Longman, Inc.
Dick, W. And Carey, L. (1996). The Systematic
Design of Instruction. New
York: Harper Collin Publishers.
Sugiyono. (2007). Metode Penilaian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R/D). Bandung: Alfabeta.
Truckman,
Bruce W. (1972). Conducting Educational Research. New York Chicago San Fransisco
Atlanta: Harcourt Brace Jovanovic. Inc.
http://matematika-ipa.com/metode-penelitian-metode-penelitian-dan
pengembangan- contoh-skripsi-proposal-penelitian/
Langganan:
Postingan (Atom)