Jumat, 27 April 2012

Mitos


Mencari alasan Kenapa mitos itu salah?
Jawab.
1 .menurut mitos pembelajaran koperatif menekankan sekolah untuk berkompetisi perorangan sehingga diantara siswa terjadi persaingan yang tidak sehat dengan mengakibatkan proses pembelajaran yang tidak epektif.menurut : arends ( 1997 : 115 ) Belajar koperatif yang menghendaki siswa didalam kelompok harus sehidup sepenanggungan bersama,bertanggung jawab segala sesuatu, semua anggota dalam kelompok memiliki tujuan yang sama, Davidson dalam Noornia 1997 : 24 siswa yang berprestasi  dalam pembelajaran  kooperaitf ternnyata lebih mementingkan orang lain tidak bersipat kompetitif dan titidak memiliki rasa dendam. dan Bennet ( 1991 )  dan jacobs ( 1996 ) menjelaskan bahwa perasaan antar siswa dalam kelompok saling membantu dan saling ketergantungan secara positif.
2. siswa yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi didalam pembelajaran kooperartif dalam kelas yang heterogen diharapkan dapat menjadi tutor sebaya. Menurut  yacobs.(1996 ) Mc Keachie (1994 ) pengelompokan siswa secara heterogen menurut prestasi , kecerdasan etnik dan jenis kelamin dapat dilakukan oleh guru.pembelajaran kooperatif didalam kelas heterogen menurut mitos hanya dikuasai oleh siswa yang berkemampuan tinggi sehingga siswa yang berkemampuan rendah sulit untuk berhasil dan akan semakin tertinggal.Davidson dalam Noornia 1997 : 24 siswa yang berprestasi  dalam pembelajaran  kooperaitf ternnyata lebih mementingkan orang lain tidak bersipat kompetitif dan titidak memiliki rasa dendam.Slavin. ( 1995 )menyatakan kontribusi siswa yang memliki prestasi yang rendah menjadi kurang.

Read More

Ex Post Facto


PENELITIAN EX POST FACTO

   A.   PENGERTIAN
Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi.
Penelitian ex post facto secara metodis merupakan penelitian eksperimen yang juga menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu sebab kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya karena alasan etika manusiawi, atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri faktor-faktor penyebabnya atau hal-hal yang mempengaruhinya.
Menurut Watson penelitian ex post facto bertujuan untuk mencari penyebab perubahan perilaku dengan studi komparasi secara partisipatif tentang perilaku yang muncul pada saat sekarang dan perilaku yang tidak  muncul dari suatu kejadian setelah variable bebas terjadi. Sebagai contoh: kita akan menguji hipotesis bahwa perceraian dapat mengakibatkan penyimpangan  perilaku anak-anak. Dalam situasi ini, kita tidak dapat mengeksperimenkan suatu keluarga untuk melakukan perceraian. Perceraian dalam hal ini merupakan variable bebas yang tidak dapat dimanipulasikan. Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan berdasarkan pertimbangan kemanusiaan. Karena hal tersebut, penelitian dilakukan pada keluarga yang sedang mengalami perceraian.
Kerlinger (1993) mendefinisikan penelitian ex post facto adalah penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap variable-variabel bebas  karena manifestasinya sudah terjadi atau variable-variabel tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi. Sebagai contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh merokok terhadap kemampuan menyerap oksigen dalam darah. Peneliti tidak mungkin melakukan eksperimen dengan menyuruh orang menghisap beberapa batang rokok dalam sehari untuk diketahui pengaruhnya terhadap kemampuan darah dalam mengikat oksigen.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ex post facto merupakan penelitian untuk menjelaskan atau menemukan bagaimana variable-variabel dalam penelitian saling berhubungan atau berpengaruh, tetapi juga mengapa gejala-gejala atau perilakun itu terjadi.
Dasar penelitian ex post facto adalah:
1.    Menilai dengan subjek yang berbeda pada variable bebas dan mencoba untuk menentukan konsekuensi yang berbeda. Contoh: pengaruh orang tua tunggal dan orang tua lengkap(variable terikat) terhadap pembolosan(variable bebas).
2.    Dimulai dari subjek yang berbeda sebagai variable terikat dan berusaha menentukan penyebabnya dari perbedaan itu. Contoh: perbandingan siswa yang latarnya dari sekolah tinggi dengan orang-orang yang drop out(variable terikat) pada variable bebas seperti motivasi atau kedisiplinan.

   B.   CIRI-CIRI PENELITIAN EX POST FACTO
Adapun ciri penelitian Ex pos facto ini adalah sebagai berikut :
1.    Data dikumpulkan setelah semua peristiwa terjadi.
2.    Variabel terikat ditentukan terlebih dahulu, kemudian merunut ke belakang untuk menemukan sebab, hubungan, dan maknanya.
3.    Penelitian deskriptif yaitu menjelaskan penemuannya sebagaimana yang diamati.
4.    Penelitian korelasional, mencoba menemukan hubungan kausal fenomena yang diteliti.
5.    Penelitian eksperimental, dan ex post facto dasar logika yang digunakan dan tujuan yang ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh: jika x maka y. Perbedaan antara penelitian eksperimen dan ex post facto adalah tidak ada kontrol langsung variable bebas dalam penelitian ex post facto.
6.    Penelitian ex post facto dilakukan jika dalam beberapa hal penelitian eksperimen tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut adalah:
a)    Jika tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang diperlukan untuk meneliti hubungan sebab akibat secara langsung
b)    Jika control semua variable kecuali independent tunggal, tidak realistik, dan artificial, mencegah interaksi yang normal dengan variable lain yang mempengaruhi.
c)    Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan tidak praktis, dari segi biaya dan etik dipertanyakan.

Kelebihan Penelitian Ex Post Facto :
1.    Sesuai untuk keadaan yang tidak dapat dilakukan oleh penelitian eksperimen
2.    Informasi tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena terjadi,
3.    Kemajuan dalam teknik statistik membuat desain ex post facto lebih bertahan.

Kelemahan Penelitian Ex Post Facto :
1.    Kurang kontrol terhadap variable bebas
2.    Sulit memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah dimasukkan dan diidentifikasi
3.    Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa kombinasi dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi tertentu menghasilkan akibat tertentu.
4.    Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang banyak, tetapi juga dari satu sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.
5.    Jika hubungan antara dua variable ditemukan, sulit menemukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
6.    Kenyataan yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan tidak mesti menyatakan hubungan sebab akibat. Semua faktor bias jadi berhubungan dengan suatu faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak diamati.
7.    Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi (misalnya yang berprestasi dan yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi penuh dengan masalah, karena kategori seperti ini adalah samar-samar, dapat bervariasi, dan sementara.
8.    Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak memberikan seleksi subyek yang terkontrol. Sulit menempatkan kelompok subyek yang sama dalam segala hal kecuali pemaparan mereka terhadap satu variable.

   C.   LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN EX POST FACTO
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Perumusan Masalah
Masalah yang ditetapkan harus mengandung sebab atau kausa bagi munculnya variabel dependen, yang diketahui berdasarkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan atau penafsiran peneliti terhadap hasil observasi fenomena yang diteliti. Masalah penelitian ini dapat berbentuk pernyataan hipotesis atau tujuan. Rumusan hipotesis digunakan jika sifat dasar perbedaan dapat diprediksi oleh peneliti sebelum data dikumpulkan. Sedangkan rumusan pernyataan tujuan digunakan bila peneliti tidak dapat memprediksi perbedaan antar kelompok subjek yang dibandingkan dalam variabel tertentu.
2.    Hipotesis
Setelah masalah dirumuskan, peneliti harus mampu mengidentifikasikan tandingan atau alternatif yang mungkin dapat menerangkan hubungan antar variabel independen dan dependen.
3.    Pengelompokkan Data
Penentuan kelompok subjek yang akan dibagi, pertama-tama kelompok yang diplih harus memiliki karakteristik yang menjadi konsen penelitian. Selanjutnya Peneliti memilih kelompok yang tidak memiliki karakteristik tersebut atau berbeda tingkatannya.
4.    Pengumpulan Data
Hanya data yang diperlukan yang kumpulkan, baik yang berhubungan dengan variabel dependen maupun berkenaan dengan faktor yang dimungkinkan munculnya hipotesis tandingan. Karena penelitian ini menyelidiki fenomena yang sudah terjadi, sering kali data yang diperlukan sudah tersedia sehingga peneliti tinggal memilih sumber yang sesuai. Disamping itu berbagai instrumen seperti les, angket, interview, dapat digunakan untuk mengumpul data bagi peneliti.
5.    Analisis Data
Teknik analisis data yang digunaka, serupa dengan yang digunakan dalam penelitian diferensial maupun eksperimen. Dimana perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar kelompok subjek atas dasar faktor yang menjadi konsen. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik analaisi uji-T, independen atau ANAVA, tergantung dari jumlah kelompok dari faktor tersebut. Apapun teknik analisis statistik inferensial yang digunakan, biasanya analisis tersebut diawali dengan perhitungan niali rata-rata atau mean dan stansar deviasi untuk mengetahui antar kelompok secara deskripitif.
6.    Penafsiran Basil
Pernyataan sebab akibat dalam penelitian ini perlu dilakukan secara hati-hati. Kualitas hubungan antar variabel independen dan dependen sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk memilih kelompok perbandingan yang homogen dan keyakinan bahwa munculnya hipotesis tandingan dapat dicegah.







Kamis, 26 April 2012

Trik Cepat Memasukkan Flash (SWF) ke Slide Power Point


Trik Cepat Memasukkan Flash (SWF) ke PowerPoint


Pada trikkali ini, akan menampilkan file atau animasi yang telah diubah menjadi Flash Movie (SWF) ke dalam halaman slide PowerPoint, dengan cara berikut:
  1. Masih di halaman kerja PowerPoint, klik iSpring pada address bar dan klik Insert Flash
  2. Pada kotak dialog temukan file flash Anda dan open
  3. Kembali ke halaman PowerPoint dan lihat apakah file flash sudah masuk
  4. Jika ukuran flashnya memenuhi halaman kerja powerpoint, Anda bisa mengubah ukuran dengan klik kanan dan pilih Format Control (ubah ukuran dan posisinya) lalu klik OK 
  5. Jalankan SlideShow atau dengan menekan tombol keyboard F5 

SELAMAT MENCOBA.... 

Selasa, 24 April 2012

Pembelajaran Kolaboratif


"PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN INDIVIDUAL”


14 level keterampilan pembelajaran kooperatif (Johnson dkk.1984:45):
a.    Pembentukan (Forming)
Keterampilan dasar yang dibutuhkan atau diperlukan untuk menetapkan berfungsinya kelompok belajar kooperatif.
Contoh:
Adanya difusi pembagian tugas, masing-masing anggota kelompok mendapat pembagian tugas yang merata. Setiap kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri dari 3-4 orang.
b.    Pemanfaatan (functioning)
Keterampilan yang dibutuhkan atau diperlukan untuk mengelola kegiatan-kegiatan kelompok dalam menyelesaikan tugas dan dalam menjaga efektivitas hubungan kelompok diantara para anggota
Contoh:
·         Keterampilan tingkat bawah
Menghargai kontribusi, hal ini berarti memperhatikan/ mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Bukan berarti harus harus setuju kelompok lai, dapat saja kritik terhadap ide-ide.
Mendorong partisipasi, mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Keterampilan ini perlu karena jika ada siswa yang tidak berpartisipasi dalam kelompok maka hasil dari kelompok tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang memuaskan.
·         Keterampilan tingkat menengah
Bertanya berarti siswa dapat meminta atau menanya atau penjelasan. Dapat mendorong anggota kelompok yang sedang tidak aktif atau malu untuk ikut berperan serta dalam kegiatan
Mendengar dengan aktif , berarti mampu menggunakan pesan pisik, dan lisan sehingga pembicara tahu bahwa siswa bisa menyerap informasi .
·         keterampilan tingkat mahir
Mengelaborasi, berarti mampu memperluas konsep, kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan tpik-topik tertentu.
Berkompromi, berarti membangun rasa hormat kepad orang lain, belajar untuk mengkritik pendapat dan bukan mengkritik orangnya dan mengurangi perbedaan.
 

ALAT OPTIK


ALAT_ALAT OPTIK

Mata
Mata manusia sebagai alat indra penglihatan dapat dipandang sebagai alat optik yang sangat penting bagi manusia.Bagian-bagian mata menurut kegunaan fisis sebagai alat optik :
Kornea merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagian-bagian lain dalam mata yang halus dan lunak.
Aqueous humor (cairan) yang terdapat di belakang kornea fungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke dalam mata.
Lensa terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan.Iris (otot berwarna) membentuk celah lingkaran yang disebut pupil.
Pupil berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.
Retina (selaput jala) terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada retina bersifat : nyata, diperkecil dan terbalik.
Bintik buta merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas/kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning.
Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata.
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke permukaan retina. Oleh sel-sel yang ada di dalam retina, rangsangan cahaya ini dikirimkan ke otak. Oleh otak diterjemahkan sehingga menjadi kesan melihat.

Selasa, 17 April 2012

Penelitian Pengembangan (R&D)


PENELITIAN PENGEMBANGAN
(RESEARCH AND DEVELOPMENT/ R&D)


A.   Pengertian
Penelitian pengembangan (Research and development /R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut. Jadi penelitian pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).   
Sesuai dengan namanya, Research & Developmnet difahami sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan diteruskan dengan development. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (needs assessment), sedangkan kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran.
Pemahaman ini tidak terlalu tepat. Kegiatan research tidak hanya dilakukan pada tahap needs assesment, tapi juga pada proses pengembangan produk, yang memerlukan kegiatan pengumpulan data dan analisis data, yaitu pada tahap proses validasi ahli dan pada tahap validasi empiris atau uji-coba. Sedangkan nama development mengacu pada produk yang dihasilkan dalam proyek penelitian.
Karakteristik langkah pokok R&D yang membedakannya dengan pendekatan penelitian lain. Borg and Gall, 1983 menjelaskan 4 ciri utama R&D, yaitu:
  1. Studying research findings pertinent to the product to be developed.  (melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelaitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan).  
  2. Developing the product base on this findings. (mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut).
  3. Field testing it in the setting where it will be used eventually. (dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nantinya digunakan).
  4. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage. (melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan).

B.        Prosedur penelitian pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti/pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan.
Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem.
Dalam keperluan penelitian dan pengembangan, seorang peneliti harus memenuhi langkah-langkah procedural yang biasanya digambarkan dalam suatu gambar alur dari awal hingga akhir.
Menurut Borg & Gall (1983) menggariskan langkah-langkah umum dalam penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut :








 





Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D)
Berikut penjelasan dari skema langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall :
1.      Analisis Kebutuhan (needs assessment)
Suatu proses yang yang sistematis untuk menentukan tujuan, mengidentifikasi ketidaksesuaian antara kenyataan dan kondisi yang diinginkan. Meliputi kajian pustaka, pengamatan atau observasi kelas dan persiapan laporan awal. Penelitian awal atau analisis kebutuhan sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal untuk melakukan pengembangan. Ini bisa dilakukan misalnya melalui pengamatan kelas untuk melihat kondisi riil lapangan.
2.      Perencanaan
Perencanaan, yang mencakup merumuskan kemampuan, merumuskan tujuan khusus untuk menentukan urutan bahan, dan uji coba skala kecil (
uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert judgement).
3.      Pengembangan format produk awal
Pengembangan format produk awal yang mencakup penyiapan bahan-bahan pembelajaran, handbook dan alat-alat evaluasi. Format pengembangan program yang dimaksud apakah ber upa bahan cetak, urutan proses, atau prosedur yang dilengkapi dengan video.
4.      Validasi produk awal
Uji ahli atau Validasi, dilakukan dengan responden para ahli perancangan model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement atau Teknik Delphi.
5.      Revisi produk tahap awal
Dilakukan berdasarkan hasil validasi awal. Hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh informasi kualitatif tentang program atau produk yang dikembangkan.
6.      Uji coba produk
Dilakukan terhadap 5-15 sekolah dengan melibatkan 30-100 subjek data kuantitatif. Hasil belajar dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan Tujuan khusus yang ingin dicapai. Atau jika kemungkinan dibandingkan dengan kelompok control.
7.      Revisi produk
Dikerjakan berdasarkan hasil uji coba lapangan. Hasil uji coba lapangan dengan melibatkan kelompok subjek lebih besar. Dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan produk dalam pencapaian Tujuan dan mengumpulkan informasi.
8.      Uji coba lapangan
Melibatkan 10-30 sekolah terhadap 40-200 subjek yang disertai wawancara, observasi, dan penyampaian angket kemudian dilakukan analisis.
9.      Revisi produk akhir
Melakukan refisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan.
10.  Desiminasi dan implementasi
Melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontrol kualitas.
Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah utama:
1.      Melakukan analisis produk yang akan  dikembangkan
2.      Mengembangkan produk awal
3.      Validasi ahli dan revisi
4.      Ujicoba lapangan skala kecil dan revisi produk
5.      Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir

C.   Metode Penelitian Pengembangan
Metode Penelitian Pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu : (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :

1)   Model pengembangan
Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik.

Dalam model pengembangan, peneliti memperhatikan 3 hal:
a.      Menggambarkan Struktur Model yang digunakan secara singkat, sebagai dasar pengembangan produk.
b.      Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan model dibanding model aslinya.
c.       Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam pengembangan.

2)   Prosedur penelitian pengembangan
                     Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti/pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem. Dalam keperluan penelitian dan pengembangan, seorang peneliti harus memenuhi langkah-langkah procedural yang biasanya digambarkan dalam suatu gambar alur dari awal hingga akhir.
3). Uji Coba  Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Model atau produk yang baik memenuhi 2 kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria).
Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
a.      Desain Uji Coba
Ada beberapa tahapan dalam uji coba produk:
1). Uji ahli atau Validasi
 Dilakukan dengan responden para ahli perancangan model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement atau Teknik Delphi.
Expert Judgement atau Pertimbangan Ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi  Kelompok (group discussion), dan (2) Teknik Delphi.
1.   Group discussion, adalah sutau proses diskusi yang melibatkan para pakar (ahli) untuk mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah, menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah pendapat (brain storming) diantara para ahli dalam perancangan model atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
2.  Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para pakar melalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi dalam Uji-Ahli dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut:
a).   Problem identification and specification. Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatar belakangi, atau permasalahan yang dihadapi yang harus segera perlu penyelesaian.
b).   Personal identification and selection. Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang yang ahli, manaruh perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan ketercapaian tujuan. Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan, tingkat kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.
c).   Questionaire Design. Peneliti menyusun butirbutir instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau permasalahan yang akan diselesaikan. Butir instrumen hendaknya memenuhi validitas isinya (content validity). Pertanyaan dalam bentuk open-ended question, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.
d).   Sending questioner and analisis responded for first round. Peneliti mengirimkan kuesioner pada putaran pertama kepada responden, selanjutnya meriview instrumen dan menganalisis jawaban instrumen yang telah dikembalikan. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang serupa. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi instrument.
e).   Development of subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran pertama dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami kesulitan dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan hingga 3-5 putaran, tergantung dari keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus.
f).    Organization of Group Meetings. Peneliti mengundang responden untuk melakukan diskusi panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah argumentasi dan debat bisa terjadi untuk mencapai consensus dalam memberikan jawaban tentang rancangan face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci mengenai respon yang telah diberikan. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila dicapai minimal 70% konsensus.
g).   Prepare final report. Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba di lapangan dengan responden yang akan memakai model atau produk dalam jumlah yang jauh lebih besar.
2).  Analisis konseptual
3). Revisi I
3). Uji Coba Kelompok Kecil, atau Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk.
4).  Revisi II
5).  Uji Coba Lapangan (field testing)
6). Telaah Uji Lapangan
7).  Revisi III
8). Produk Akhir dan Diseminasi

b.       Subyek Uji Coba
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel.
1).  Penentuan sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup dan tapan penelitian pengembangan.
2). Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis produk yang akan dikembangkan, terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan produk, dan sasaran pemakai produk.
3).  Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary field test).

c.   Jenis Data
Dalam uji coba, data digunakan sebagai dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis data yang akan dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa terjadi data yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya tarik produk yang dihasilkan.
Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subyek uji coba tertentu. Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi, kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam Uji Ahli, data yang terungkap antara lain ketepatan substansi, ketepatan metode, ketapatan desain produk, dsb.

d.   Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam pengumpulan data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian.
1). Teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan kuesioner.
2). Pengumpulan data dapat menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas), kehandalan  (reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa.
3). Instrumen dapat dikembangkan sendiri oleh oleh peneliti, oleh karena itu perlu kejelasan prosedur pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas.

e.        Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:
1). Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan, atau grafik.
2).Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan
3). Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
4). Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual, dengan tanpa interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
5). Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan produk yang akan dikembangkan.
6). Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk.

D.   Laporan Penelitian dan Pengembangan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa metode penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D) adalah merupakan metode penelitian yang digunakan untuk  meneliti sehingga menghasilkan produk baru, dan selanjutnya menguji keefktifan produk tersebut.
Dengan demikian laporan penelitian yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut spesifikasi dan penjelasannya. Sistematika laporan adalah sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I               PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
B.      Rumusan masalah
C.      Tujuan
D.     Manfaat
BAB II              LANDASAN TEORI
A.      Deskripsi Teoritis
B.      Kerangka Berfikir
C.      Hipotesis (Produk yang Dihasilkan)
BAB III             METODE PENELITIAN
A.      Model Pengembangan
B.      Prosedur Penelitian
C.      Populasi dan sampel
D.     Teknik Pengumpulan Data
E.      Instrumen Penelitian
F.       Teknik Analisis Data
BAB IV             HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.      Desain Awal Produk
B.      Hasil Pengujian Pertama
C.      Revisi Produk
D.     Hasil Pengujian Tahap II  
E.      Revisi Produk
F.       Pengujian Tahap ke III
G.     Penyempurnaan Produk
H.     Pembahasan Produk
BAB V              KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
B.      Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN
LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN PRODUK

E.    Contoh Judul Penelitian dan Pengembangan (R&D)
1.    Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi Untuk Pencapaian Kompetensi Dasar Menganalisis Cara Perpindahan Kalaor
2.    Pengembangan Multimedia Pembelajaran Tematik Untuk Siswa Sekolah Dasar
3.    Pengembangan pola pembelajaran teknologi bagi anak-anak cacat
4.    Pengembangan model pembelajaran program produktif sekolah menengah kejuruan
5.    Pengembangan Bahan Ajar Fisika Interaktif untuk Konsep Pembelajaran Kinematika di Sekolah Menegah Atas.
6.    Pengembangan Modul Cetak Berbasis Kompetensi Pada Konsep Kinematika di Kelas XI SMA/MA .
7.    Pengembangan E-Learning Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang kreatif untuk kelas XI Semester Ganjil
8.    Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Berbasis Iman dan Taqwa
9.    Pengembangan modul Limit dan turunan Fungsi Berbasis RME dan TIK di SMAN 2 Sungai Tarab
10.     Pengembangan Multimedia Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Mendorong Perilaku Pro Sosial Siswa di SDIT Alam Yogyakarta

F.    Contoh Laporan Penelitian dan Pengembangan (R&D)
1.    Judul Penelitian
 Pengembangan Modul Cetak Berbasis Kompetensi Pada Konsep Kinematika di Kelas XI SMA/MA .
2.    Rumusan Masalah
Bagaimana merancang modul agar valid, praktis dan efektif sehingga layak digunakan sebagai salah satu perangkat pembelajaran dalam pembelajaran Fisika di kelas XI di SMA/MA.


3.    Tujuan Penelitian
a). Bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran fisika pada konsep Kinematika yang valid.
b). Bahan ajar dalam bentuk modul yang praktis sehingga mudah digunakan dan dipahami dalam pembelajaran fisika pada konsep Kinematika.
c). Bahan ajar dalam bentuk modul yang efektif sehingga tepat digunakan dalam pembelajaran fisika pada konsep Kinematika.
4.    Metode Penelitian
a)      Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D)
b)      Tahap Penelitian
1.    Tahap studi pendahuluan dengan melakukan pemilihan jenis produk yang akan dikembangkan
2.    Tahap pengembangan desai model dengan membuat prototype produk 3. Tahap validasi sesuai dengan prosedur penelitian
c). Validator
a.    Dosen
Dosen sebagai salah satu pihak yang bertindak sebagai validator adalah dosen jurusan Fisika FMIPA UNP yang bersedia untuk menilai kelayakan bahan ajar yang telah dirancang. Tiga orang dosen ini bertindak sebagai pakar dari pengembangan bahan ajar ini. Tiga Dosen ini terdiri atas pakar materi dan pakar pembelajaran.
b.    Guru mata pelajaran fisika
Guru mata pelajaran fisika yang bertindak sebagai validator pada penelitian ini adalah guru mata pelajaran fisika di SMA/MA.
c.     Siswa
Siswa yang bertidak sebagai validator pada penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 1 SMA Negeri 1 X Koto Singkarak yang terdaftar pada tahun ajaran 2009/2010
5.    Prosedur Penelitian

6.                  Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket. 

7.                  Teknik Analisa Data
Layak atau tidaknya suatu bahan ajar dapat dilihat dari data angket-angket yang digunakan dalam bentuk skala Likert.

Keterangan :
x               =   Rata-rata responden
N              =   Jumlah responden
∑x            =   Jumlah nilai responden
r               =   Nilai kelayakan
Nilai kelayakan media berdasarkan nilai kelayakan pada skala Likert
Penilaian
Nilai
Sangat layak
4,00 – 5,00
Layak
3,00 – 3,99
Kurang layak
2,00 – 2,99
Tidak layak
1,00 – 1,99
  
8.        Hasil Penelitian
1.        Modul Cetak Pembelajaran Fisika
                                    Hasil dari penelitian ini adalah bahan ajar berupa bentuk modul cetak pembelajaran Fisika untuk satu kompetensi.  Modul ini terdiri dari halaman depan (Cover), kata pengantar, daftar  isi, pembatas modul, serta bagian-bagian modul. Adapun bagian-bagian modul tersebut adalah, uraian pencapaian kompetensi, materi, rangkuman, latihan, kunci jawaban latihan, penilaian latihan mandiri, lembar kegiatan siswa, serta sumber & bahan bacaan.
                                   
                                                     Cover Modul cetak Yang dihasilkan
9.        Uji Validitas, Praktikalitas, dan Efektifitas  Bahan Ajar
a.         Deskripsi dan Analisis Data Angket Uji Kevalidan Kepada Pakar  (Dosen) dan  Kepraktisan Guru Fisika.
                  Masing-masing responden memberikan nilai kelayakan terhadap modul pembelajaran, dengan rata-rata secara keseluruhan dari 6 responden 80,35,  Nilai kelayakan masing-masing responden dalam rentangan 0-100 dapat terlihat pada diagram  dibawah ini :
Gambar  8.  Diagram Nilai Kelayakan Bahan Ajar oleh Dosen dan Guru Fisika
b. Deskripsi dan Analisis Data Angket Uji Keefektifan kepada Siswa
Distribusi jawaban angket  diperoleh melalui hasil perhitungan dimana nilai keefektifan bahan ajar pada tahap uji coba kepada siswa yaitu 4,39 dengan interpretasi nilai Sangat Layak, ini berarti siswa menilai modul telah efektif sebagai bahan ajar pada konsep Kinematika.
10.         Kesimpulan
Pada penelitian pengembangan bahan ajar cetak ini kesimpulan bahwa :
1.    Hasil penelitian yang diperoleh yakni nilai validitas bahan ajar yang meliputi validitas isi, validitas konstruk dan validitas teknis bernilai 3,72  pada tahap uji pakar dengan kriteria valid.
2.    Hasil penelitian mengenai kepraktisan bahan ajar berupa modul  dari penilaian rancangan prototype bahan ajar  yang di uji kepada pakar dapat digunakan dengan revisi kecil atau dengan sedikit revisi, membuktikan bahan ajar telah praktis. Selain itu data mengenai kepraktisan memiliki nilai 4,33 dengan kriteria sangat praktis.
3.    Hasil penelitian mengenai keefektifan bahan ajar ditunjukkan dari respon positif yang diperoleh dari guru dan siswa sebagai pengguna produk. Setelah dilakukan revisi bahan ajar, nilai efektifitas bahan ajar pada tahap uji kepada Guru 4,25 dan kepada siswa 4,39 dengan kriteria sangat efektif. Rata-rata keefektifan modul adalah 4,32 dengan kriteria sangat efektif. Guru dan siswa menyimpulkan bahwa modul sangat efektif digunakan dalam pembelajaran.























DAFTAR PUSTAKA


Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Educational Research: An Introduction.  London: Longman, Inc.

Dick, W. And Carey, L. (1996). The Systematic Design of Instruction. New York: Harper Collin Publishers.
Sugiyono. (2007). Metode Penilaian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R/D). Bandung: Alfabeta.
Truckman, Bruce W. (1972). Conducting Educational Research. New York Chicago San Fransisco Atlanta: Harcourt Brace Jovanovic. Inc.