TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN
TENTANG
“MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN”
Oleh:
SHILVIA CITRA RUSTI
NIM. 1104016
Dosen Pembimbing:
Dr. Indrati Kusuman ingrum, M.Pd
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
BAB 1
TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA
A. Teori Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan
di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil atau tidaknya pencapai tujuan pendidikan hanya bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang di alami oleh murid sebagai anak didik. Menurut
Witharington (1952) “belajar merupakam perubahan kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yng baru yang berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgrld. Menurut Crow and Crow (1958)
belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
Sedangkan menurut hilgard (1962) belajar adalah sutu proses dinama suatu
perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu siatuasi. Hal
ini sejalan dengan pendapat Gage (1984) belajar diartikan sebagai suatu proses
di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari defenisi yang telah dikemukakna
diatas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.
Dalam
perkembangannya, berbagai teori belajar yang telah disampaikan oleh para
ilmuwan tidak ada yang menunjukkan keunggulan yang holistic, karena teori
tersebut hanya memandang dari sisi dan aspek tertentu yang ada dalam diri
manusia. Sehingga segi positif dari teori-teori tersebut perlu dikombinasikan
untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, serta disesuaikan dengan pribadi
dan karakter tiap-tiap individu.
Adapun jenis-jenis teori belajar
adalah, sebagai berikut:
1). Koneksionisme
Teori koneksionisme adalah teori yang
ditemukan dan dikembangkan oleh Edward
L. Thorndike (1874-1949). Berdasarkan eksperimennya, Thorndike berkesimpulan
bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya,
teori koneksionisme juga disebut “S-R
Bond Theory” dan “S-R Psychology of
Learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan “Trial
and Error Learning”. (Muhibbin Syah, 2008:105). Setiap manusia maupun organisme
lainnya, jika dihadapkan pada situasi yang baru akan melakukan
tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta. Jika dalam usaha
coba-coba itu secara kebetulan ada sesuatu yang dianggap memenuhi tuntutan
situasi dan kondisi, maka tingkah laku atau perbuatan yang kebetulan cocok itu
akan diingatnya. Sedangkan perbuatan atau tingkah laku yang dianggap tidak
dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisi akan dilupakan. Tingkah laku ini
terjadi secara otomatis sehingga belajar itu dapat dilatih dengan syarat-syarat
tertentu.
2). Pembiasaan (Conditioning)
Pelopor dari teori ini adalah Ivan Pavlov, kemudian dengan
perkembangannya melalui percobaan-percobaan ditemukan teori-teori yang lain
seperti menurut Burrhus Frederic Skinner dan Edwin R. Guthrie.
Teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja, umpamanya dalam belajar penguasaan skills (kecekatan-kecekatan) tertentu (Ngalim Purwanto, 2007:91). Termasuk dalam hal ini adalah keterampilan psikomotorik siswa.
Teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja, umpamanya dalam belajar penguasaan skills (kecekatan-kecekatan) tertentu (Ngalim Purwanto, 2007:91). Termasuk dalam hal ini adalah keterampilan psikomotorik siswa.
3).
Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan, secara umum kognitif diartikan
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis),
sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional
(akal).
Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan
cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Tahap-tahap
Perkembangan Kognitif menurut Jean Piaget perkembangan kognitif (kecerdasan)
anak dibagi menjadi empat tahap yaitu tahap sensori motor, pre-operasional,
konkrit operasional dan formal operasional. Tahapan ini hendaknya tidak
dipandang sebagai hal yang statis. Setiap harinya perkembangan mental anak
mengalami kemajuan sesuai dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Kematangan dan pengalaman yang cukup memungkinkan anak dapat
mengembangkan struktur mental untuk menghadapi situasi yang dihadapi dengan
cara yang lebih baik.
4). Konstruktivisme
Prinsip konstruktivisme adalah inti
dari filsafat pendidikan William James dan John Dewey (John W. Santrock,
2008:8). Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan
membangun pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivisme dikembang luas oleh Jean
Piaget, ia dikenal sebagai seorang psikolog yang pada akhirnya lebih tertarik
pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Titik sentral teori Jean
Piaget adalah perkembangan pikiran secara alami dari lahir sampai dewasa,
menurut Piaget untuk memahami teori itu kita harus paham tentang asumsi-asumsi
biologi maupun implikasi asumsi-asumsi tersebut dalam mengartikan pengetahuan.
Read More
B. Teori Media
Kata Media berasal dari bahasa latin
yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat
diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Lesle J.Brigges dalam
Sanjaya (2008 : 204) menyatakan bahwa media adalah alat untuk perangsang bagi
peserta didik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Rossi dan Breidle dalam
Sanjaya (2008 : 204) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat
dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi,
buku, koran, majalah dan sebagainya. Sedangkan menurut Gerlach, media bukan
hanya berupa alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa
dapat memperoleh pengetahuan. Media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau
kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Bentuk media adalah bentuk fisik
dimana sebuah pesan digabungkan dan ditampilkan. Bentuk media meliputi, sebagai
contoh, diagram (gambar diam dan teks) slide ( gambar diam lewat proyektor)
video (gambar bergerak dalam TV), dan multimedia komputer (grafik, teks, dan
barang bergerak dalam TV) Setiap media itu mempunyai kekuatan dan batasan dalam
bentuk tipe dari pesan yang bisa direkam dan ditampilkan. Memilih sebuah bentuk
media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-merujuk kepada cakupan yang luas
dari media yang tersedia, keanekaragaman siswa dan banyak tujuan yang akan
dicapai.
Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran guru harus mampu mengembangkan suasana
pembelajaran sebagaimana digambarkan di atas, guru juga dituntut untuk mampu
mengembangkan sistem dan strategi beserta media pembelajran yang
diselenggarakannya. Smaldino (2008) berpendapat bahwa jenis media pada
penggunaannya dengan berbagai kombinasi yang cocok dan memadai akan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, menimbulkan
gairah belajar dan memungknkan siswa untuk berinteraksi secara langsung dengan
kenyataan yang dimediakan.
Media pembelajaran meliputi alat
yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang
terdiri dari antara lain buku, tape
recorder, kaset, video kamera, video
recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata
lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung
materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar (Gagne dan Briggs,1975 dalam Azhar,2007:4). Oleh karena itu, media
pembelajaran memiliki peranan besar di dalam dunia pendidikan, sehingga
penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Sumiati dan Asra (2008:163)
mengemukakan kegunaan media yaitu:
1. Menjelaskan materi pembelajaran atau
objek yang abstrak (tidak nyata) menjadi konkrit (nyata).
2. Memberikan pengalaman nyata dan
langsung karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan
tempat belajarnya.
3. Mempelajari materi pembelajaran
secara berulang-ulang.
4. Memungkinkan adanya persamaan
pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau objek.
5. Menarik perhatian siswa, sehingga
membangkitkan minat, motivasi, aktivitas, dan kreativitas belajar siswa.
6. Membantu siswa belajar secara
individual, kelompok, atau klasikal.
7. Materi pembelajaran lebih lama
diingat dan mudah untuk diungkapakn kembali dengan cepat dan tepat.
8. Mempermudah dan mempercepat guru
menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran.
9. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu,
dan indera.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
dijelaskan bahwa penggunaan media sebagai alat bantu mengajar merupakan salah
satu upaya menyalurkan pesan dari guru ke siswa sebagai penerima pesan. Oleh
karena itu, media pembelajaran memberikan solusi yang tepat bagi guru untuk
digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat membantu dalam hal
pencapaian kompetensi belajar siswa.
Media
pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng sederhana dan murah
hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada
yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung
dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang. Berbagai sudut pandang untuk
menggolongkan jenis-jenis media.
Rudy Bretz
(1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan
gerak):
1.
Media audio
2.
Media cetak
3.
Media visual diam
4.
Media visual gerak
5.
Media audio semi gerak
6.
Media visual semi gerak
7.
Media audio visual diam
8.
Media audio visual gerak
Anderson
(1976) menggolongkan menjadi 10 media:
1.
audio : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2.
cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3.
audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis
4.
proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT),
film bingkai (slide)
5.
proyeksi audio visual diam : film bingkai slide
bersuara
6.
visual gerak : film bisu
7.
audio visual gerak : film gerak bersuara, Video/VCD,
Televisi
8.
obyek fisik : Benda nyata, model, spesimen
9.
manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran
10. komputer :
CAI
Schramm (1985) menggolongkan media
berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan
media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan
media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak
/ radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio,
video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks,
telepon, CAI).
Disamping
itu, Henrich, dkk menggolongkan:
1.
media yang tidak diproyeksikan
2.
media yang diproyeksikan
3.
media audio
4.
media video
5.
media berbasis komputer
6.
multi media kit.
Salah satu bentuk media audiovisual
yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah video. Menurut
Arief (2006:74) “video sebagai media audiovisual yang
menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan
yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun
fiktif (seperti ceritera), bisa bersifat informatif, edukatif maupun
instruksional. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya
daya tarik tersendiri, yang dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,
menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau
memperpanjang waktu, mempengaruhi sikap”.
Lebih lanjut Arief (2006:74)
mengemukakan keunggulan video antara lain:
1. Dapat menarik perhatian dalam
periode yang singkat dari ransangan luar lainnya.
2. Dengan alat perekam pita video
sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli atau spesialis.
3. Demonstrasi yang sulit bisa
dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa
memusatkan perhatian pada penyajiannya.
4. Menghemat waktu dan rekaman dapat
diputar berulang-ulang.
5. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat
objek yang sedang bergerak atau objek yang berbahaya.
6. Keras lemah suara yag ada bisa
diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar.
7. Gambar proyeksi bisa dibekukan untuk
diamati dengan seksama.
8. Guru bisa mengatur dimana dia akan
menghentikan gerakan gambar tersebut, kontrol sepenuhnya di tangan guru.
9. Ruangan tak perlu digelapkan waktu
menyajikannya.
Animasi adalah film yang berasal
dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Animasi mulai berkembang sekitar abad ke-18 di Amerika. Pada saat itu
teknik stop motion animation
banyak disenangi. Teknik ini menggunakan serangkaian gambar diam/frame yang dirangkai menjadi satu dan
menimbulkan kesan seolah-olah gambar tersebut bergerak. Selanjutnya, setelah teknologi komputer berkembang, bermunculan
animasi yang dibuat dengan teknologi komputer. Animasi itu macam-macam
jenisnya, da yang 2 dimensi (2D) dan 3 dimensi (3D). Pada animasi 2D, figur animasi dibuat dan diedit di
komputer dengan menggunakan 2D bitmap
graphics atau 2D vector graphics.
Sedangkan 3D lebih kompleks lagi karena menambahkan berbagai efek di dalamnya
seperti efek percahayaan, air dan api, dan sebagainya. (Himawari ,2008:1)
Media pembelajaran video
animasi dapat memberi pengalaman konkrit
yang memudahkan siswa belajar untuk mencapai penguasaan, mengingat, dan memahami
konsep-konsep yang abstrak. Media pembelajaran ini, diharapkan dapat memberikan
kesamaan pengalaman langsung kepada siswa dalam proses belajar-mengajar.
BAB 2
MODEL ASSURE
A. ANALYZE LEARNER (Analisis Pembelajar)
Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat menemui kebutuhan
belajar siswa yang urgen sehingga mereka mampu mendapatkan tingkatan
pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal. Analisis pembelajar meliputi
tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi :
1) General Characteristics (Karakteristik Umum)
Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan,
seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial
ekonomi serta etnik. Adapun karakteristik pada pembelajaran kali ini yaitu
kelas X SMAN 1 Sungai penuh. Semua variabel
konstan tersebut, menjadi patokan
dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam menyampaikan bahan
pelajaran.
Sebagai guru fisika di SMAN 1 Sungai Penuh, saya mengajar di kelas XA, XB,
XC, dan XD dengam karakteristik umum siswa seperti tabel berikut ini:
Kelas
|
Jumlah
(Orang)
|
Umur
(Tahun)
|
Keampuan
Awal Rata-rata
|
KKM Fisika
|
XA
|
41
|
16-18
|
50-80
|
60
|
XB
|
40
|
16-18
|
45-80
|
60
|
XC
|
40
|
16-18
|
40-80
|
60
|
XD
|
39
|
16-18
|
40-85
|
60
|
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebagian siswa masih
menunjukkan hasil belajar di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada umumnya siswa berasal dari kalangan sosial ekonomi
menengah kebawah. Sebagian besar ssiwa berperilaku baik tetapi mereka memperlihatkan kurangnya ketertarikan dan kurangnya motivasi dalam belajar fisika.
Karena pembelajaran dilakukan
cenderung lebih menekankan pada materi pelajaran. Prioritas pembelajaran pada
umumnya adalah menyelesaikan semua materi pelajaran. Pelajaran fisika masih
dalam bentuk penyelesaian perhitungan
tanpa siswa mengetahui manfaat nyata dari konsep-konsep di lingkungan.
2) Specific Entry Competencies (Mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa
merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang
dapat mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi siswa
(Smaldino dari Dick,carey& carey,2001). Hal ini akan memudahkan
dalam merancang suatu pembelajaran agar penyamapain materi pelajaran dapat
diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Untuk materi suhu dan kalor, sebenarnya siswa sudah pernah mengenal materi
ini sebelumnya di tingkat SLTP. Namun, dengan tingkat pemahaman yang tentu
berbeda dengan yang dibutuhkan pada materi di SLTA.
3) Learning
Style (Gaya Belajar)
Gaya belajar yang dimiliki setiap pembelajar berbeda-beda dan mengantarkan
peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan
dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga
macam gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu: 1. Gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca 2.
Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh
peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius, 3. Gaya
belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami
oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.
Sesuai
dengan materi suhu dan kalor, gaya belajar yang cocok pada materi ini adalah
gaya belajara visual yaitu dengan melihat contoh nyata peristiwa perpindahan
kalor sehari-hari. Disamping itu media audio juga cocok digunakan karena konsep-konsep yang absrtak bisa di tampilkan
melaui video pembelajaran sehingga bisa mengkonkritkan konsep fisika yang bersifat
abstrak. Hal ini tentunga dengan menyimak dan mendengar dengan serius. Oleh karena itu saya menyajikan pembelajaran dengan media pembelajaran
berbasis komputer dengan menggunakan LCD proyektor.
B. STATE STANDARDS AND OBJECTIVES (Menentukan Standard Dan Tujuan)
Tahap selanjutnya dalam ASSURE model adalah merumuskan tujuan dan standar.
Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan
kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar
pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media
yang tepat.
1) Pentingnya Merumuskan Tujuan dan Standar dalam
Pembelajaran
Dasar dalam penilaian pembelajaran
ini menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan
dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran
siswa yang lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat
mempersiapkan diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran.
Pada pembelajaran fisika kelas X SMAN 1 Sungai Penuh, menggunakan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut:
Standar Kompetensi:
Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi
energi pada berbagai perubahan energi.
Kompetensi Dasar:
1.
Menganalisis
pengaruh kalor terhadap suatu zat
2.
Menganalisis
cara perpindahan kalor.
3. Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah
Ada beberapa alasan mengapa tujuan
perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran seperti yang
dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2008 : 122-123) berikut ini :
a) Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
keberhasilan proses pembelajaran.
b) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan
belajar siswa
c) Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran
d) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol
dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
2) Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut Smaldino,dkk.,setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah
lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model
belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM. Rumusan baku ABCD tadi dijabarkan sebagai
berikut:
A = audience
Pebelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun
peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan
prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.
B =
behavior
Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar
mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang
digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.
C = conditions
Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar dapat
belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi
bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah
strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar
berlangsung.
D =
degree
Persyaratan
khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa
pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat
dinyatakan dalam presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar,
waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur
pencapaian kompetensi. Ada empat kategori
pembelajaran, yaitu:
1. Domain Kognitif
Domain kognitif, belajar melibatkan
berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal
/ informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.
2. Domain Afektif
Dalam domain afektif, pembelajaran
melibatkan perasaan dan nilai-nilai.
3. Motor Domain Skill
Dalam domain ketrampilan motorik,
pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan seperti fisik.
4. Domain Interpersonal
Belajar melibatkan interaksi dengan
orang-orang.
3) Tujuan Pembelajaran dan Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah
materi yang diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan
yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi
yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan
kemampuan yang dimiliki tiap individu.
C. SELECT STRATEGIES,
TECHNOLOGY, MEDIA, AND MATERIALS (Memilih, Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat
pembelajaran yang efektif adalah mendukung pemblajaran dengan menggunakan
teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media
dan bahan ajar.
1). Memilih Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajarn disesuaikan dengan standar dan tujuan
pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa
yang nantinya dapat mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat
mengandung ARCS model (Smaldino dari
Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun
Attention (perhatian) siswa,
pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convident , desain pembelajaran
dapat membantu pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa.
Strategi pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat. Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan ialah
(Dewi Salma Prawiradilaga, 2007):
- Belajar Berbasis Masalah (problem-based learning)
Metode belajar berbasis masalah
melatih ketajaman pola pikir metakognitif, yakni kemampuan stratregis dalam
memecahkan masalah.
- Belajar Proyek (project-based learning)
Belajar proyek adalah metode yang melatih kemampuan pebelajar untuk
melaksanakan suatu kegiatan di lapangan. Proyek yang dikembangkan dapat
pekerjaan atau kegiatan sebenarnya atau berupa simulasi kegiatan.
- Belajar Kolaboratif
Metode belajar kolaboratif ditekankan agar pebelajar mampu berlatih menjadi
pimpinan dan membina koordinasi antar teman sekelasnya.
2) Memilih Teknologi dan Media yang sesuai dengan Bahan Ajar
Memilih format media dan sumber
belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan
atau topik. Peran media pembelajaran menurut
Smaldino:
Memilih , Mengubah,
dan Merancang Materi
1. Memilih Materi yang tersedia
Melibatkan Spesialis Teknologi/Media
Menyurvei Panduan Referensi Sumber dan Media
2. Mengubah Materi yang ada
3. Merancang Materi Baru
Dalam memilih teknologi dan media adalah media pembelajaran berbasis komputer menggunakan panduan-panduan
untuk menilai kesesuaian pemilihan teknologi dan media:
•
Penyelarasan dengan standar, hasil, dan
tujuan peranti lunak menyedikan alat-alat yang diperlukan bagi siswa untuk
memenuhi tujuan belajar.
•
Bahasa yang
sesuai umur kelas siswa kelas X
•
Tingkat
ketertarikan dan keterlibatan siswa dalam media itu sendiri.
•
Kualitas
teknis dan aplikasinya.
•
Panduan dan arahan pengguna.
D. UTILIZE TECHNOLOGY, MEDIA AND MATERIALS (Menggunakan Teknologi, Media dan Bahan Ajar)
Sebelum memanfaatkan media dan bahan
yang ada, sebaiknya mengikuti langkah-langkah seperti dibawah ini,yaitu:
a). Mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)
b). Mempersiapkan bahan
c). Mempersiapkan lingkungan belajar
d). Mempersiapkan pembelajar
e). Menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar
atau pembelajar)
·
Preview materi
Pendidik harus melihat dulu materi
sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik
harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.
Guru melalukan appersepsi terhadap
murid untuk melihat dulu materi sebelum menyampaikannya dalam kelas dan
selama proses pembelajaran guru harus menentukan materi yang tepat untuk
seluruh siswa dan memperhatikan tujuannya.
·
Siapkan bahan
Pendidik harus mengumpulkan semua
materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus
menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan media
terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
Karena yang media yang yang saya
gunakan adalah media komputer maka harus memastikan komputer itu baik untuk digunakan,
sudah mempersiapkan slide power point yang akan ditampilkan, foto- foto,
gambar, serta sudah tersedia LCD proyekter dan video singkat di dalam CD.
·
Siapkan lingkungan
Pendidik harus mengatur fasilitas
yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan
lingkungan sekitar.
Sesuai dengan gaya dan strategi yang
digunakan guru memposisikan siswa dalam kelompok- kelompok kecil (5-7 orang
dalam 1 kelompok) dengan LCD proyektor yang sudah dapat di proyeksi ke
depan papan tulis.
·
Peserta didik
Guru memberitahukan peserta didik
tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta
didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
·
Memberikan pengalaman belajar
Mengajar dan belajar harus menjadi
pengalaman. Sebagai guru kita dapat memberikan pengalaman belajar seperti :
presentasi di depan kelas dengan projector, demonstrasi, latihan, atau tutorial
materi.
E. REQUIRE LEARNER PARCIPATION (Mengembangkan Partisipasi Peserta Didik)
Tujuan
utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap materi
dan media yang kita tampilkan. Seorang guru pada era teknologi sekarang
dituntut untuk memiliki pengalaman dan praktik menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi ketimbang sekedar memahami dan member informasi
kepada siswa. Ini sejalan dengan gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan
proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman yang autentik, diman
para siswa akan menerima umpan balik informative untuk mencapai tujuan mereka
dalam belajar.
1.
Latihan Prnggunaan Teknologi
o
Teknologi sebagai Perkakas Teknologi
o
Teknologi
sebagai Perangkat Komunikasi
o
Teknologi sebagi Perangkat Penelitian
o
Teknologi sebagai Perangkat
Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan
o
Menggunakan Peranti Lunak Pendidikan
o
Menggunakan Media lainnya untuk
Latihan
2.
Umpan Balik
Sebelum
pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas
pembelajaran seperti memecahkan masalah, presentasi dan kuis singkat untuk
menilai daya ingat dan keseriusan siswa selama belajar.
Untuk materi
suhu dan kalor, para siswa secara individu memperhatikan memperhatikan tayangan pembelajaran melalui
media LCD proyektor. Kemudian siswa mengerjakan LKS dan mendiskusikan jawabannya
secara kelompok. Sedangkan guru sebagai fasilitator apabila
siswa tidak bisa memcahkan masalah dalam diskusi, dan mencatat hasil pengamatan sebagai refleksi dan evaluasi pembelajaran.
F. EVALUATE
AND REVISE (Mengevaluasi
dan Merevisi)
Penilaian dan perbaikan adalah aspek
yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan
perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu:
1 1.
Penilaian Hasil Belajar Siswa,
o Penilaian Hasil Belajar Siswa yang Otentik,
o Penilaian Hasil
Belajar Portofolio
o
Penilaian Hasil Belajar yang Tradisional / Elektronik.
- Menilai dan Memperbaiki Strategi, teknologi dan Media
- Revisi Strategi, Teknologi, dan Media.
Ada beberapa fungsi
dari evaluasi antara lain :
a) Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
b) Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
c) Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.
d) Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual dalam
mengambil keputusan.
e) Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan
tujuan khusus yang ingin dicapai
f) Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk orang tua,guru,pengembang
kurikulum,pengambil kebijakan.
Evaluasi
Adapun penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran Fisika untuk
materi suhu dan kalor ini, meliputi
nilai Kognitif dan Afektif. Penilaian kognitif terdiri dari penilaian
terhadap hasil kerja siswa yaitu:
- Penilaian Harian yang mencakup: nilai mengumpulkan tugas, PR, dan Ulangan Harian dengan mengambil nilai rata-rata tersebut (NH)
- Nilai Ujian Tengah semester (UTS)
- Nilai Ujian Semester (UAS)
Ketiga nilai diatas dihitung untuk penilaian pencapaian hasil
belajar yang dituangkan dalam Nilai Raport( NR)dengan menggunakan rumus:
N R = (2 NH + UTS + UAS) : 4
Penilaian afektif yaitu penilaian terhadap
prilaku dan sikap siswa terhadap pembelajaran berlangsung yang dilakukan
guru terhadap siswa dengan indikator pengamatannya adalah :
- Tidak terlambat mengikuti pembejaran
- Membawa kelengkapan alat pembelajaran
- Membuat catatan rangkuman pembelajaran
- Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
- Dapat bekerja sama dengan teman dan antar kelompok
- Aktif dalam merespon pembelajaran
- Santun dalam komunikasi
- Tepat waktu dalam mengumpulkan tugas
Revisi
Apabila dalam pelaksanaannya proses pembelajaran di kelas tidak mendukung
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, maka
akan dilakukan revisi Strategi, Teknologi, dan Media pembelajaran.
BAB 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah :
SMAN 1 Sungai Penuh
Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester II
Mata Pelajaran : FISIKA
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi
Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi
energi pada berbagai perubahan energi.
Kompetensi Dasar
1. Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat.
2. Menganalisis cara perpindahan kalor.
3. Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
1. Menganalisis pengaruh kalor
terhadap perubahan suhu benda.
- Menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda (pemuaian).
- Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda.
- Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi.
- Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi.
- Menganalisis perpindahan kalor dengan cara radiasi.
- Mendeskripsikan perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas.
- Menerapkan asas Black dalam peristiwa pertukaran kalor.
A. Tujuan
Pembelajaran
Peserta didik dapat:
- Menjelaskan pengertian suhu.
- Menjelaskan tubuh bukan pengukur suhu yang baik.
- Menjelaskan prinsip kerja termometer.
- Menjelaskan pengertian sifat termometrik.
- Menyebutkan beberapa contoh sifat termometrik.
- Menyebutkan beberapa skala termometer.
- Menjelaskan hubungan skala suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
- Menentukan skala umum dari berbagai skala termometer.
- Menyebutkan beberapa jenis termometer.
- Membuat termometer sederhana.
- Menjelaskan pengertian kapasitas kalor.
- Menjelaskan pengertian kalor jenis.
- Menjelaskan proses pemuaian.
- Membedakan pemuaian panjang, luas, dan volum.
- Menjelaskan hubungan antara koefisien muai panjang, luas, dan volum.
- Membedakan wujud gas, cair, dan padat.
- Menjelaskan perubahan wujud zat.
- Membedakan kalor laten peleburan dan kalor laten penguapan.
- Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud zat.
Karakter siswa yang
diharapkan :
Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.
Kewirausahaan / Ekonomi
Kreatif :
Percaya diri, Berorientasi tugas dan hasil.
B. Materi
Pembelajaran
` Suhu dan Kalor
C. Metode
Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction (DI)
-
Cooperative Learning
2.
Metode : -
Diskusi kelompok
- Ceramah
Strategi Pembelajaran
Tatap Muka
|
Terstruktur
|
Mandiri
|
·
Menganalisis
pengaruh kalor terhadap suatu zat.
|
- Melakukan studi pustaka untuk mencari informasi
mengenai pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.
|
- Siswa dapat
Menganalisis pengaruh kalor pada suhu, ukuran benda, dan wujudnya
dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas.
|
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan
pertama: 2x45 Menit
KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
WAKTU
|
1.
Pendahuluan
a.
Salam pembuka/doa, mengabsen kehadiran siswa
b.
Menyampaikan indikator yang akan dicapai pada
pertemuan ini.
·
Motivasi dan Apersepsi:
-
Sebutkan beberapa contoh
sifat termometrik.
-
Satuan apakah yang digunakan
untuk skala termodinamika?
·
Prasyarat pengetahuan:
-
Apakah yang dimaksud dengan
sifat termometrik?
-
Bagaimana hubungan skala
Celcius dan Kelvi
|
5 Menit
|
2.
Kegiatan Inti
Eksplorasi:
Dalam
kegiatan eksplorasi :
- Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
- Peserta
didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian suhu. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta
didik memperhatikan media yang ditampilkan oleh mengenai tubuh bukan pengukur suhu yang baik. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta
didik memperhatikan prinsip kerja termometer yang
disampaikan oleh guru. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta
didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian sifat termometrik. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Perwakilan
dari tiap kelompok diminta untuk memberikan beberapa contoh sifat
termometrik. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Perwakilan
dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan beberapa
skala termometer. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan hubungan skala suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik
mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Guru menanggapi hasil
diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru menentukan skala umum dari berbagai skala termometer. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik memperhatikan
contoh soal menghitung skala suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin
yang disampaikan oleh guru. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Guru memberikan beberapa soal menghitung skala suhu Celcius, danmeminta siswa mengisi LKS (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);Reamur,
Fahrenheit, dan Kelvin untuk dikerjakan peserta didik.
- Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta
didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan
bimbingan. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Perwakilan peserta didik
diminta untuk mendiskusikan
jawaban LKS di depan kelas (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
-
Menyimpulkan tentang hal-hal
yang belum diketahui (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Mandiri,
Demokratis, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
|
80 menit
|
3.
Kegiatan Penutup
- Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik (dibimbing
oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Guru memberikan tugas rumah
berupa latihan soal. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
|
5 menit
|
Pertemuan
Kedua : 2 X 45 menit
KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
WAKTU
|
1. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi dan Apersepsi:
-
Apakah kapasitas kalor merupakan
sifat spesifik dari suatu zat?
-
Adakah hubungan antara
koefisien muai panjang, luas, dan volum?
Prasyarat
pengetahuan:
-
Apakah yang dimaksud dengan kapasitas
kalor?
-
Bagaimana terjadinya proses pemuaian?
|
10 menit
|
2
.Kegiatan
Inti
Eksplorasi
Dalam
kegiatan eksplorasi :
- Guru
membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif,Tanggung Jawab.);
Elaborasi
Dalam
kegiatan elaborasi,
- Peserta
didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian kapasitas kalor, dengan memperhatikan vedio pembelajaran yang
ditanyangkan (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Perwakilan
peserta didik diminta untuk menjelaskan pengertian kalor jenis. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan energi kalor yang
disampaikan oleh guru. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Guru memberikan beberapa soal menentukan energi kalor untuk dikerjakan peserta didik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta
didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan
bimbingan. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta
didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan proses pemuaian. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan
perbedaan pemuaian panjang, luas, dan volum. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta didik dalam
kelompoknya mendiskusikan hubungan antara koefisien muai panjang, luas, dan
volum. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta
didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Guru menanggapi hasil
diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik memperhatikan
contoh soal menentukan pemuaian panjang, luas, dan volum yang disampaikan
oleh guru. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Guru memberikan beberapa soal menentukan pemuaian panjang, luas, dan volum untuk dikerjakan peserta
didik. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta
didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan
bimbingan. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, Siswa:
- Menyimpulkan tentang hal-hal
yang belum diketahui (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Mandiri,
Demokratis, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
|
75
menit
|
3.
Kegiatan
Penutup
- Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik (dibimbing
oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Guru memberikan tugas rumah
berupa latihan soal. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
|
5 menit
|
Pertemuan Ketiga: 2x45 Menit
KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
WAKTU
|
1. Pendahuluan
c.
Salam pembuka/doa, mengabsen kehadiran siswa
d.
Menyampaikan indikator yang akan dicapai pada
pertemuan ini
- Motivasi dan Apersepsi:
-
Sebutkan contoh perpindahan
kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari.
-
Faktor apakah yang mempengaruhi
laju perpindahan kalor secara konveksi?
- Prasyarat pengetahuan:
-
Apakah yang dimaksud dengan
konduksi?
-
Apakah yang dimaksud dengan
konveksi?
|
5
Menit
|
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
- Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta
didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian kalor. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Perwakilan
peserta didik diminta untuk menyebutkan cara
perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
- Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan
pengertian konduksi. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk
menyebutkan contoh perpindahan kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik memperhatikan
perumusan dalam menentukan laju perpindahan kalor secara konduksi yang
disampaikan oleh guru. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta didik memperhatikan
contoh soal menentukan laju perpindahan kalor secara konduksi yang
disampaikan oleh guru. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta didik (dibimbing
oleh guru) mendiskusikan pengertian konveksi. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta didik dalam setiap
kelompok mendiskusikan contoh perpindahan kalor secara konveksi dalam
kehidupan sehari-hari. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Peserta didik dalam
kelompoknya mendiskusikan pengertian radiasi dan contoh perpindahan kalor
secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Setiap kelompok diminta
untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok yang lain. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Guru menanggapi hasil
diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik memperhatikan
penjelasan guru mengenai perumusan dalam menentukan laju perpindahan kalor
secara konveksi dan radiasi. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, Siswa:
- Menyimpulkan tentang hal-hal
yang belum diketahui (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Mandiri,
Demokratis, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
|
80 menit
|
4.
Kegiatan Penutup
- Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
- Peserta didik (dibimbing
oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
- Guru memberikan tugas rumah
berupa latihan soal. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
|
5 menit
|
E. Sumber/media Belajar
a. Buku Fisika SMA
b. Buku referensi yang relevan
c. Media Audiovisual
d.
LCD proyektor
e. Laptop
F.
Penilaian Hasil Belajar
1. Penilaian
kognitif :
Tes tertulis,
dengan bentuk instrumen tes pilihan ganda dan tes uraian.
Contoh
instrumen:
- Pilihan Ganda
Jika suhu benda dinaikkan menjadi dua kalinya, maka daya kalor yang
dipindahkan secara radiasi berubah menjadi ....
A. dua kali lebih besar
B. empat kali lebih besar
C. delapan kali lebih besar
D. enam belas kali lebih besar
E. tiga puluh dua kali lebih
besar
- Contoh tes isian
Dalam sebuah latihan yang cukup berat, tubuh dapat memompa darah
sebanyak 2,00 liter per menit sehingga tubuh mengalami pendinginan sebesar 2,00
0C. Jika diasumsikan kalor jenis darah sama dengan kalor jenis air
dan massanya jenisnya 1.050 kg/m3, laju konveksi yang muncul dalam peristiwa
ini adalah ....
- Contoh tugas rumah
Sebuah pendingin berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm digunakan untuk menahan
suhu es tetap berada pada kisaran -4 0C dan 0 0C.
Ketebalan dinding pendingin ini 5 cm dan terbuat dari plastik dengan nilai
konduktivitas termal 0,033 W /m 0K. Jika suhu lingkungan di sekitar
lemari pendingin 30 0C. Tentukan laju kalor yang masuk ke pendingin.
2. Penilaian afektif : Menilai aspek minat, etika dan kerjasama
dalam kelompok dengan menggunakan lembar
pengamatan.
3. Penilaian psikomotorik : Menilai aspek kemampuan kerja siswa
Lampiran:
LEMBAR PENGAMATAN AFEKTIF
MATA PELAJARAN FISIKA
KONSEP SUHU DAN KALOR
Nama Siswa
|
Aspek yang dinilai
|
||||||
Partisipasi dlm klpk
|
Kerjasama
|
Kelengkapan tugas individu dan klpk
|
Kerapian hasil kerja
|
Aktivitas saat diskusi klpk
|
Jumlah
skor
|
Nilai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Skor
maksimum : 3
Skor
minimum :
1
Dengan
kriteria : 3 = kegiatan baik
sekali atau intensitas tinggi
2 = kegiatan cukup
atau intensitas sedang
1 = kegiatan kurang atau intensitas rendah
Pedoman Penilaian :
Nilai = (jumlah skor x 100) : 15
Mengetahui Sungai Penuh, Mei 2012
Kepala
SMAN 1 Sungai Penuh Guru Mata Pelajaran
DARIYO, S.Pd, M.Kom SHILVIA CITRA
RUSTI
NIP. 196610071991011001 NIP. 198701242010012014
MEDIA PEMBELAJARAN YANG DIRANCANG
(Klik untuk melihat Media Pembelajaran Suhu dan Kalor )
DAFTAR PUSTAKA
Andi.2009. Teori-teori Belajar. http://andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-belajar-2/. Diakses. 20 mei 2012.
Arsyad, Azhar.
1997. Media Pembelajaran. Jakarta:
Remaja Rosdakarya.
Azhari,
Ilyas. 1996. Psikologi Pendidikan.
Semarang : Toha Putra.
Budiningsih,
Asri.2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta.
Himawari. (2008). Sejarah
Animasi. http://bolehtau.wordpress.com/2008/02/12/
sejarah-animasi/. Diakses 20 Mei 2012.
Moh. Uzer
Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nursyamsi.2003.
Psikologi Pendidikan. Padang : Baitul
Hikmah.
Sadiman, Arif S.
2003. Media Pendidikan. Jakrta:
Grafindo Persada.
Slavin, R.E. 2000. Educational
Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and
Bacon
Smaldino,
E. Sharon. 2005. Instructional Technology
and Media for Learning. New York: Merril Prentice Hall.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sumiati & Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana
Prima.
bagus mbak...
BalasHapusminta file medianya mbak buat referensi mengajar
BalasHapus